Herwin Sutrisno, pria berdarah Dayak Ngaju ini telah berhasil mempertahankan naskah disertasinya yang berjudul Akulturasi Budaya Bali dan Dayak Ngaju pada Permukiman Bali Basarang di Kalimantan Tengah. Penelitian yang dibimbing oleh Prof. Dr-Ing. Ir. Gagoek Hardiman, selaku promotor, dan Edward Endrianto Pandelaki, ST., MT., Ph.D., selaku copromotor, telah mengawali risetnya terkait dengan keunikan Permukiman Bali Basarang sebagai lokus penelitian di Pulau Kalimantan. Paska meletusnya Gunung Agung tahun 1963 di Pulau Bali, masyarakat Bali dari daerah bagian selatan mengikuti program transmigrasi, tujuan lokasi penempatan transmigrasi adalah Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Bertemunya unsur-unsur budaya yang dibawa oleh transmigran Bali dengan unsur-unsur budaya masyarakat lokal (Suku Dayak Ngaju) menyebabkan terjadinya akulturasi di Basarang. Fenomena ini sangat unik dan masih sedikit teori yang dapat menjelaskannya. Melalui metode studi kasus, pria kelahiran Camba pada tanggal 16 Juni 1976 ini berhasil meyakinkan penguji internal, Prof. Dr.rer.nat. Imam Buchori, ST., Prof. Dr. Ir. Nany Yuliastuti, MSP., dan Dr. Ir. Atiek Suprapti, MT. Penelitiannnya menunjukan bahwa berdasarkan analisis kasus dan analisis lintas kasus ditemukan ruang dan bentuk-bentuk arsitektur yang terbentuk dari akulturasi Bali dan Dayak Ngaju yang bersifat fisik yaitu: (1) Orientasi : orientasi handil-darat, orientasi anjir-darat, orientasi darat-anjir dan orientasi handil-anjir; (2) Ragam hias/ornamen: persilangan lisplang pada atap, ornamen Batang Garing dan Burung Tingang, ornament Burung Tingang dan Talawang, ornamen Talawang, ornamen talawang dan persilangan lisplang; (3) Fungsi ruang meliputi perubahan fungsi ruang mikro dan makro bersifat temporer, pembatasan fungsi ruang, pemisahan fungsi ruang, penggabungan fungsi ruang; dan (4) Pola ruang meliputi diskosmis ruang. Perilaku gugon tuwon menyebabkan masyarakat transmigran Bali melakukan tindakan peniruan pada bentuk-bentuk arsitektur Dayak Ngaju. Penyebab kedua adalah paradigma desa kala patra memiliki sifat terbuka dengan kebudayaan yang berbeda. Keterbukaan menyebabkan masyarakat transmigran Bali mampu bertahan dan tetap harmonis dengan masyarakat Dayak Ngaju. Hasil penelitian ini telah dipertahankan dihadapan penguji eksternal, Dr. Asep Yudi Permana, S.Pd., M.Des, yang diundang dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, bersama dengan tim penguji yang dipimpin langsung oleh Prof. Ir. M Agung Wibowo, MM., MSc., Ph.D., pada sidang tertutup tanggal 25 Juni 2020 yang dilakukan secara daring, berdasarkan protokol sidang terkait dengan pandemi Covid-19. Herwin Sutrisno dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude sebagai doktor ke-53 pada Program Doktor Ilmu Arsitektur dan Perkotaan, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro (UNDIP).

Pria yang kesehariannya bertugas sebagai dosen tetap Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya, selama masa pendidikannya telah dibiayai oleh Kementrian Ristekdikti melalui program BPP-DN, dan secara aktif telah mengikuti seminar nasional maupun internasional. Beberapa karya ilmiahnya telah terbit pada jurnal nasional maupun internasional yang bereputasi. Artikelnya pertama yang berjudul Acculturation of Structure and Construction in the Houses of Balinese Migrants (Case Study: Basarang Jaya Village, Central Kalimantan) telah terbit pada jurnal International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology dan yang terindeks scopus(Q2), Selain itu, artikelnya yang ke dua berjudul dan The Resilience of The Basarang Jaya Balinese Transmigrants Residence In The Land of   Dayaj  Ngaju, Central Kalimantan juga telah diterbitkan pada jurnal Ecology, Environment and Conservation bereputasi yang terndeks Scopus (Q4).